KETIKA VIRUS INFLUENZA MELANDA
Musim flu di Bulan September ini, anak-anak dan suami sudah 2x terkena flu, padahal musim kemarau lho, heran. Dan kalau dinilai dari tingkat keparahan sakitnya, Dedi menempati Peringkat ke-1, karena gejala flu lebih dari 2 hari dan pakai acara demam menggigil. Peringkat ke-2 ditempati oleh Kimi, karena cuma sehari gejalanya, sisanya ya batuk biasa, tanpa demam. Peringkat ke-3, Nahl cuma batpil ringan, tanpa demam juga. Bagaimana dengan saya sendiri? Saya heran ndelalah sampai saat ini saya masih sehat-sehat saja, alhamdulillah. Padahal saya suka sekali mencandai suami untuk nantang-nantangin hayo siapa berikutnya yang sakit. Lalu saya dengan sengaja di depan mata suami, saya minum dari gelas bekas Kimi yang lagi batpil, dan saya yang nekat ini pun dengan sengaja minum dari gelasnya suami yang lagi sakit, sengaja biar ketularan maksudnya hehe.. suamiku yang lihat isterinya nekat ini cuma bisa bilang "ih sok berani, ntar juga pasti ketularan lihat saja nanti". Benar sih, saya sempat ketularan tapi gejala yang saya rasakan ya cuma kaya ada yang menggelitik sesekali aja dalam tenggorokan ini, itupun cuma sebentar banget alhamdulillah. Kata suamiku dengan optimisnya "belum kali, bentar lagi ketularan, virusnya ganas banget soalnya" dan dia bilang begitu ditelpon sambil menggigil demam wkwk (isteri jahat ya, suami sakit kok malah diketawain abisnya gimana donk emang terdengar lucu). Ditunggu-tunggu sampai semingguan memang saya ga juga kena batpil akhirnya baru deh suamiku terdiam hihi. Mungkin dalam hatinya dia heran bukan kepalang kenapa kok isterinya ga kena batpil padahal seisi rumah batpil.
Suamiku orangnya parnoan, lucu deh kalau dia udah liat ada anaknya yang terlihat basah hidungnya dan 'grok2' mulai datang mendekatinya langsung dia cepat-cepat ambil langkah seribu menjauh dari anak-anak, seringnya suami buru-buru ambil madu manuka dan nyendokin satu-satu ke paruh-paruh mungil anak-anak kami (emang burung yak). Maksudnya suami ya supaya virus yang lagi ganas di anak biar cepat mati dan ga loncat ke suami. Suamiku bisa panik dan BT banget lho kalau sampai ada anaknya yang lagi meler jamah-jamah tubuhnya haha.. tapi sekuat apapun usaha suamiku untuk menghindar, ujung-ujungnya selalu bikin beliau gondok, karena virus tetap loncat indah ke tubuh suamiku. Ini mengingatkanku akan petuah seorang dokter spesialis patologi anatomi favoritku, dr. Susilorini, SpPA pernah menulis bahwa kita tidak bisa menyalahkan orang lain akan sakitnya kita. Kuman ada dimana-mana kok, termasuk udara yang kita hirup pun mengandung kuman. Apakah kita bisa memilih hanya mau bernapas di udara yang bebas dari bakteri tuberculosis, sedangkan penderita TBC banyak beredar di sekitar kita dan selalu buang ludah dan bersin-bersin ditempat-tempat umum. Apakah karena takut tertular bakteri Escherichia Coli lantas kita melarang anak kita main tanah, sedangkan banyak orang membuang ludah sembarangan termasuk di tanah tempat anak kita bermain. Apakah kita harus melarang anak kita yang sedang diserang virus influenza bersin terus menerus? Begitu juga dengan virus campak dan lain-lain. Lantas siapa yang paling tepat untuk bisa dikambinghitamkan akan sakitnya kita? Ya kita sendiri. Lho kok bisa? Ya memang begitu, salahkan diri sendiri jika imunnya ga dilatih, imun yang sehat itu seharusnya bisa mengalahkan patogen yang masuk. Nah, kalau sampai imunnya kelabakan gitu (menunjukkan gejala sakit yang mengganggu) berarti imunnya kurang lihai. Kenapa kurang lihai? Karena tidak dibangun dengan struktur yang kuat. Hal apa saja yang bisa membuat struktur imun kuat? Sinar matahari terik, makanan-makanan sehat yang alami, perasaan bahagia, dan aktif (banyak gerak). Nah kembali ke kasus suamiku tadi, kalau saya teliti memang sudah sebulan ini suami kerja di luar kota, pulang cuma pas wiken, kadang-kadang di rumah juga sih kerjanya. Jadi pastinya suami makannya ya ga terkontrol. Tetapi sekalinya dirumah pun suami cuma mau ikut jeniperan (minum seglas air hangat + jeruk nipis peras di pagi hari) dan sarapan buah, itupun dia cuma bertahan sampai jam 10, kadang jam 11. Sedangkan, saya dan anak-anak bisa sampai lebih dari jam 12 siang. Malah kadang jam setengah 2 baru ketemu nasi. Sebelum ketemu nasi ya kami kalau lapar ambil buah lagi dan lagi. Nah, kalau suami kadang ditawari buah lagi malah bilang "cukup ah buahnya, banyak bener", lalu seringnya saya jawab "lho ya ga papa donk banyak makan buah supaya kamu se.." eh malah ditimpali "enough! Just give me the rice!" yowes saya kasih deh nasi daripada panjang perkara haha..
Suami juga susah makan kalau ga ditemani gorengan. Ayam maunya digoreng, nugget maunya digoreng, ikan pun begitu maunya digoreng, sop pun ga mau kalau bawang-bawangnya gak ditumis! Kadang kalau dia lagi eneg lihat makanan yang saya masak ya dia beli sate sendiri di luar. Masalah berjemur dan gerak pun begitu, seringsekali saya ingatkan beliau untuk berjemur dan jalan pagi jika muncul matahari, tapi katanya panas ah mending di rumah. Yasudah saya nurut aja deh apa maunya suami tercinta dengan selalu berdoa semoga dia sehat-sehat saja amin.
Yang pasti dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu tubuh yang alkalin (banyak makan buah sayur mentah setiap harinya) dapat dengan lebih mudah mengalahkan patogen yang masuk dibandingkan tubuh yang cenderung asam. Yes oke ? :)
Gambar diambil dari nelsonlive.co.nz |
Suamiku orangnya parnoan, lucu deh kalau dia udah liat ada anaknya yang terlihat basah hidungnya dan 'grok2' mulai datang mendekatinya langsung dia cepat-cepat ambil langkah seribu menjauh dari anak-anak, seringnya suami buru-buru ambil madu manuka dan nyendokin satu-satu ke paruh-paruh mungil anak-anak kami (emang burung yak). Maksudnya suami ya supaya virus yang lagi ganas di anak biar cepat mati dan ga loncat ke suami. Suamiku bisa panik dan BT banget lho kalau sampai ada anaknya yang lagi meler jamah-jamah tubuhnya haha.. tapi sekuat apapun usaha suamiku untuk menghindar, ujung-ujungnya selalu bikin beliau gondok, karena virus tetap loncat indah ke tubuh suamiku. Ini mengingatkanku akan petuah seorang dokter spesialis patologi anatomi favoritku, dr. Susilorini, SpPA pernah menulis bahwa kita tidak bisa menyalahkan orang lain akan sakitnya kita. Kuman ada dimana-mana kok, termasuk udara yang kita hirup pun mengandung kuman. Apakah kita bisa memilih hanya mau bernapas di udara yang bebas dari bakteri tuberculosis, sedangkan penderita TBC banyak beredar di sekitar kita dan selalu buang ludah dan bersin-bersin ditempat-tempat umum. Apakah karena takut tertular bakteri Escherichia Coli lantas kita melarang anak kita main tanah, sedangkan banyak orang membuang ludah sembarangan termasuk di tanah tempat anak kita bermain. Apakah kita harus melarang anak kita yang sedang diserang virus influenza bersin terus menerus? Begitu juga dengan virus campak dan lain-lain. Lantas siapa yang paling tepat untuk bisa dikambinghitamkan akan sakitnya kita? Ya kita sendiri. Lho kok bisa? Ya memang begitu, salahkan diri sendiri jika imunnya ga dilatih, imun yang sehat itu seharusnya bisa mengalahkan patogen yang masuk. Nah, kalau sampai imunnya kelabakan gitu (menunjukkan gejala sakit yang mengganggu) berarti imunnya kurang lihai. Kenapa kurang lihai? Karena tidak dibangun dengan struktur yang kuat. Hal apa saja yang bisa membuat struktur imun kuat? Sinar matahari terik, makanan-makanan sehat yang alami, perasaan bahagia, dan aktif (banyak gerak). Nah kembali ke kasus suamiku tadi, kalau saya teliti memang sudah sebulan ini suami kerja di luar kota, pulang cuma pas wiken, kadang-kadang di rumah juga sih kerjanya. Jadi pastinya suami makannya ya ga terkontrol. Tetapi sekalinya dirumah pun suami cuma mau ikut jeniperan (minum seglas air hangat + jeruk nipis peras di pagi hari) dan sarapan buah, itupun dia cuma bertahan sampai jam 10, kadang jam 11. Sedangkan, saya dan anak-anak bisa sampai lebih dari jam 12 siang. Malah kadang jam setengah 2 baru ketemu nasi. Sebelum ketemu nasi ya kami kalau lapar ambil buah lagi dan lagi. Nah, kalau suami kadang ditawari buah lagi malah bilang "cukup ah buahnya, banyak bener", lalu seringnya saya jawab "lho ya ga papa donk banyak makan buah supaya kamu se.." eh malah ditimpali "enough! Just give me the rice!" yowes saya kasih deh nasi daripada panjang perkara haha..
Suami juga susah makan kalau ga ditemani gorengan. Ayam maunya digoreng, nugget maunya digoreng, ikan pun begitu maunya digoreng, sop pun ga mau kalau bawang-bawangnya gak ditumis! Kadang kalau dia lagi eneg lihat makanan yang saya masak ya dia beli sate sendiri di luar. Masalah berjemur dan gerak pun begitu, seringsekali saya ingatkan beliau untuk berjemur dan jalan pagi jika muncul matahari, tapi katanya panas ah mending di rumah. Yasudah saya nurut aja deh apa maunya suami tercinta dengan selalu berdoa semoga dia sehat-sehat saja amin.
Yang pasti dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu tubuh yang alkalin (banyak makan buah sayur mentah setiap harinya) dapat dengan lebih mudah mengalahkan patogen yang masuk dibandingkan tubuh yang cenderung asam. Yes oke ? :)
Comments