Tanah
Tanah adalah sumber kehidupan bagi tanaman.
Semakin sedikit campur tangan manusia, tanah harusnya baik-baik saja. Lihatlah hutan, tidak ada yang mengurusnya namun hutan tetap bisa memperlihatkan keagungannya dengan pohon-pohon raksasa dan semak-semaknya yang liar. Bahkan di musim kemarau pun hutan tidak butuh manusia untuk menyiramnya supaya bertahan hidup. Kemarau membuat daun-daun, ranting, batang pepohonan di hutan berjatuhan menyelimuti permukaan tanah, membuat tanah pun terjaga kelembapannya tanpa harus disiram oleh tangan manusia. Hingga akhirnya tiba musim hujan. Dedaunan, dahan, dan ranting-ranting yang jatuh itu pun akan basah. Kondisi basah inilah yang akan mengundang berbagai mikroorganisme tanah, serangga, cacing dan jamur mengurainya menjadikannya nutrisi bagi hutan itu sendiri. Burung pun berdatangan untuk ikut memungut biji-bijian. Predator lain pun akan berdatangan. Makhluk-makhluk pengurai itupun nantinya akan meninggalkan kotorannya. Kotoran bersama dengan dedaunan, ranting, dan dahan yang kering itulah yang kembali menjadi makanan bagis sang pohon.
Siklus berulang.
Itulah hutan. ia begitu mandiri.
Berbeda dengan tanah yang berada di lingkungan tempat manusia tinggal.
Untuk subur, tanah perlu diberi perlakuan. Jika tidak, maka tanah pun akan miskin zat hara alias mati sehingga tekstur menjadi padat keras, cacing pun tak mau berkunjung karena tanah telah hilang kelembapannya. Ia tak lagi mampu menahan air. Ia tak mampu lagi memberi kehidupan bagi tanaman kecil, hanya pohon raksasa yang masih mampu tinggal di tanah seperti ini, karena akar pohon dapat mencari makanan sendiri di bagian bawah nun jauh di sana. Untuk tanaman sayuran dijamin tak akan subur jika ditumbuhkan di tanah seperti itu, bagaimana mungkin bahkan untuk menutrisi dirinya sendiri pun sudah kepayahan apalagi memberi penghidupan pada yang lain?
Kehidupan di kota yang padat rumah penduduk ditambah pembangunan2 gedung kantor, rumah sakit, sekolah, rumah tinggal, akan membuat tanah subur pun kian menipis. Ditambah lagi prilaku masyarakat yang mencampur pembuangan sampah organik dan anorganik menjadi satu dan diserahkan pada negara untuk dibuang ke TPA. Banyak rumah-rumah penduduk yang memiliki lahan luas namun tak mau di'kotor'i dengan sampah organiknya. Mereka lebih senang halaman bersih sebersih-bersihnya dan menyerahkan masalah sampah organiknya ke negara.
Kalau ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, tidak perlu heran ke depan kita bisa krisis tanah subur, lalu krisis pangan sehat.
Berikut foto perbandingan antara tanah yang tidak pernah diberi makan dan tanah yang sering makan zat organik.
Terlihat jelas ya perbedaannya?
Alam itu sederhana.
Manusia itu rumit.
Comments