TERDUGA KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI VAKSIN COVID PADA ANAK
1) 5 Juli 2021, Gianyar, Bali. siswi inisial KAF (13 tahun) di SMP Negeri 1 Sukawati, Gianyar, Bali, pingsan usai menerima vaksin pertama. Kata Camatnya karena stress disuntik.
Sumber : Okezone
2) 14 Juli 2021, Mangupura, Bali, siswi di SMA Negeri 1 Kuta Selatan dengan inisial CRLN pingsan usai disuntik vaksin sinovac. Kata Dinkes hanya karena ketakutan.
Sumber : Radarbali
3) Cahyono Putra (17), seorang siswa sekolah menengah atas (SMK) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meninggal dunia sehari setelah disuntik vaksin Covid-19 pada Rabu (1/9/2021).
Cahyono ditemukan meninggal dunia di kamarnya. Sebelumnya, dia sempat mengeluhkan badan yang terasa nyeri dan lemas usai disuntik vaksin. Ibu kandung Cahyono, Ani Anggraeni (40) mengatakan, anaknya sebenarnya dalam kondisi pemulihan pengobatan penyakit lambung. Bahkan, Cahyono masih mengonsumsi sisa obat penyakit lambungnya saat ikut belajar tatap muka di sekolah dan saat proses vaksinasi. Sebelum disuntik vaksin, menurut Ani, Cahyono juga telah menyampaikan informasi mengenai riwayat penyakit dan pengobatan kepada petugas vaksinasi.
Sumber : Kompas
4) 12 Sept 2021, Andi Muhammad Dirga Erlangga (15), pelajar SMA Negeri 2 Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengalami demam tinggi hingga tak bisa jalan usai divaksin COVID-19. Kondisi yang dialami pelajar kelas X tersebut diduga setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19 tahap 1 di sekolahnya. 3 hari setelah divaksin pada Rabu (8 September 2021) , anaknya mulai demam tinggi selama 3 hari. Selain itu, Dirga juga merasakan sakit di bagian lutut dan pergelangan kaki.
Sumber : Detik.
5) 23 Sep 2021, Khana Deresa Najwa (15), seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruang Negeri (SMKN) 1 Lhokseumawe mengalami sakit sesak nafas hingga terpaksa dirawat inap di Rumah Sakit Bunga Melati, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Orang tua minta tanggungjawab dari pemerintah Aceh karena anak disuntik padahal sudah mengeluh ga bisa disuntik karena sering sesak napas.
Sumber : modusaceh
6) 6 Oktober 2021, Rahel Pratama (15) yang meninggal dunia seminggu usai divaksin.
Ananda Rahel Pratama (15), pelajar kelas X SMAN 1 Kencong, Desa Karanganyar, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember meninggal dunia sekitar sepekan setelah divaksin. Mulanya, Rahel mengikuti vaksin pada 10 September 2021 lalu. Setelah itu, daya tahan tubuhnya menurun hingga selama delapan hari. Kondisi kesehatan pelajar itu tidak berangsur membaik. Pada Minggu 19 September, Rahel merasa kram usai bangun tidur.
Lalu pada siang hari kakinya membengkak. “Masih bisa berjalan, namun kayak orang stroke itu,” kata kakek korban, Ahmad Sholeh Yusuf Akhirnya, korban dibawa ke RSD Balung oleh nenek dan kakaknya. Namun, ketika dibawa ke rumah sakit, nyawa korban sudah tidak tertolong. Akhirnya, kembali dibawa pulang untuk dimakamkan. Hasil investigasi menyatakan, Rahel meninggal karena infeksi sepsis, bukan vaksinasi.
Sumber : Kompas
7) 13 Nov 20121, Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Salsabilah, warga asal To’kaluku, Kelurahan Bombongan, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), kulit di sekujur tubuhnya melepuh dan terkelupas usai menerima suntikan vaksin Covid-19.
Sumber : tvone
8) 27 Desember 2021, Nur Widya, seorang remaja 13 tahun, yang meninggal dunia setelah divaksin COVID-19 kedua di Sekolah MTS Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Nur Widwa merupakan siswi kelas I MTS Patimpeng. Dia meninggal dunia pada 22 Desember 2021 di Puskesmas Kajuara.
Sebelum meninggal, dia mengalami sejumlah keluhan setelah divaksin kedua beberapa minggu sebelumnya.
Menurut orang tua korban, anaknya divaksin COVID-19 oleh sekolah tanpa sepengetahuannya. Padahal anaknya ini mengalami riwayat penyakit keterlambatan pertumbuhan, ditambah menurut dokter anaknya ini memiliki gejala penyakit jantung.
Orang tua korban baru mengetahui kalau anaknya sudah divaksin COVID-19 ketika ditanya karena sudah mengalami beberapa keluhan seperti kuat tidur dan sakit pada bagian belakang dan bengkak pada kedua kaki. Dibilang bukan karena vaksin, melainkan karena penyakit jantung.
Sumber : Viva
Dinkes kabupaten Jombang berkata kematian Bayu bukan karena vaksinasi, melainkan karena sebab lain yang belum jelas.
10) 1 Jan 2022, Naura Sabrina Galiyah (9), siswi kelas 4 SDN Catakgayam 1, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.Naura merupakan bungsu dari 4 bersaudara, putri pasangan Joko (46) dan Marwatun (42).
Naura mengikuti vaksinasi COVID-19 Sinovac di SDN Catakgayam 1 pada Rabu (22/12) pagi. Dua hari setelahnya, putri bungsunya itu masih sempat masuk sekolah. Pulang dari sekolah pada Jumat, 24 Desember Naura mulai sakit demam, kulit bentol-bentol (biduran), dan muntah. Naura sempat opname 3 hari di rumah sakit.Akhirnya meninggal 31 Desember subuh. Dinkes bilang bukan dari vaksin, namun infeksi pencernaan.
Sumber : Detik news
11) Del (10 tahun) yang meninggal dunia dua hari setelah disuntik vaksin
Del merupakan siswa kelas 5 SDN Kersamenak di Tasikmalaya, warga Kecamatan Purabatu itu meninggal dunia pada Senin (17/1/2022) sore.
Setelah DMZ melakukan vaksinasi, ia mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran hingga kritis. Melihat kondisinya semakin parah, pihak keluarga akhirnya membawa sang anak ke RSUD Tasikmalaya pada Minggu (17/1/2022) malam.
Siswa tersebut menjalani perawatan intensif di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia pada Senin petang.
ada ensefalopati, kemudian kegagalan akut pada hatinya yang ditandai memang SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)-nya sangat tinggi. Jadi sudah terjadi kegagalan akut pada liver ditambah ensefalopati. Maka artinya expanded dengue ini terjadi pada anak tersebut yang menyebabkan fatalitasnya (kematiannya).
Sumber : Popmama, suarajabar
12) ZL (6,5) siswa Pauda asal Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebelumnya, jelas Yusman, siswa PAUD tersebut menjalani vaksinasi di SD Banyuwangi Kecamatan Pasirkuda, setelah menjalani proses pemeriksaan dan mendapat persetujuan orang tuanya pada Senin (17/01/2022) pagi.
"Vaksinasinya kemarin, pukul 9.30 WIB di SDN Banyuwangi. Sebelum divaksin, siswa tersebut menjalani konseling dan proses screaning anak itu tidak memiliki riwayat penyakit dan dinyatakan layak untuk divaksin," jelasnya.
Menurutnya, usai menjalani vakisnasi pukul 12.30 WIB, orangtua siswa tersebut melaporkan pada petugas jika anaknya mengalami demam. Petugas puskesmas pun memberi obat pereda demam dengan dititipkan pada gurunya.
"Karena mengalami demam hingga kejang, orang tuanya pun langsung membawanya ke Puskesmas terdekat untuk menjalani pemeriksaan dan penanganan," katanya.
Menurutnya, sekitar pukul 19.30 Wib, ZL kembali mengalami demam hingga kejang-kejang. Orangtuanya pun segera membawanya ke puskesmas untuk diperiksa.
"Sejak siang mengalami demam hingga malam harinya mengalami kejang sudah ditangali secara medis, mulai dari pemberian obat sampai perawatan di puskesmas," kata dia.Yusman mengatakan, hingga Kamis (18/01/2022) ZL kembali mengalami demam dan kejang-kejang, pihak Puskesmas merekomendasikan untuk dirujuk ke RSUD Pagelaran. Namun orang tua siswa menolaknya.
"Pihak Puskesmas menyarankan agar dirujuk, tapi orangtua anak tersebut menolak. Pada pukul 10.15 WIB ZL dinyatakan meninggal dunia," katanya.
Ia mengaku, pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut ke Komnas KIPI, dan memasukan kejadiannya dalam KIPI berat.
Sumber : Bogor suara
13) Muhammad Dalvin Alfian (11) siswa kelas enam Madrasah Ibtidaiyah Citamiang asal Sukabumi meninggal dunia setelah hampir sepekan mendapatkan vaksin COVID-19 jenis Sinovac. Pemerintah Kabupaten Sukabumi memberikan penjelasan terkait meninggalnya anak tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman mengatakan, dilihat secara kronologis anak yang bersangkutan mendapatkan vaksin pada Sabtu (15/1/2022) siang. Kemudian demam ringan pada sore harinya. "Hari Senin (17/1) yang bersangkutan masih tetap sekolah. Tetapi dari sekolah oleh gurunya diantar pulang karena posisi anak sudah panas badannya. Oleh karena itu hari Selasa (18/1) anak tersebut di bawa ke RS. Di RS itulah ya mungkin saya baru ada kabar juga yang bersangkutan meninggal dunia," kata Ade di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jumat (21/1/2022).
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, didapati kesimpulan bahwa penyebab kematian anak adalah syok septik akibat sepsis yang diderita anak
sepsis adalah kondisi dimana kuman sudah menyebar ke seluruh tubuh dan kemudian merusak organ serta sistem yang ada dalam tubuh seseorang. Adapun penyebab sepsis pada anak, kata dia, adalah diare. Jadi, kejadian ini termasuk koinsidens, bukan karena imunisasi,
Sumber : Detik
14) Seorang siswa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Garut berumur 7 tahun, dilaporkan sakit hingga meninggal usai lima hari pasca divaksin Covid-19. divaksin Sabtu (15/01/2022), masuk Puskesmas tanggal 19 karena muntah-muntah Kemudian, pada tanggal 20 Januari 2022, anak tersebut diperiksa dokter dan kondisinya mulai membaik dengan keluhan mulai berkurang. Sementara, ibu dari sang anak tersebut dikenal sebagai kader Posyandu di daerahnya dan pihaknya baru menerima laporan satu kasus kejadian seperti ini.
Namun pada tanggal 21 Januari 2022 pagi, saat dokter kembali memeriksa, anak itu kembali muntah-muntah disertai sakit kepala.
Kemudian dilakukan cek lab, sorenya kondisi anaknya nge-drop, pukul 17.35 pasien dinyatakan meninggal dunia.
Sumber : kompas
15) 26 Januari 2022. Syafa Salsabila Sapnia (10), warga Tanjungbalai, Sumatera Utara meninggal dunia diduga usai jalani vaksin di sekolah. Menurut Veronina, putrinya itu jalani vaksinasi pada Selasa (11/1/2022) di sekolahnya yang ada di Kota Tanjungbalai.
Sebelum divaksin, Syafa dalam keadaan baik-baik saja.
"Saya memang ikut saat anak saya divaksin.
Guru-gurunya juga bagus, tidak memaksa untuk anak muridnya divaksin.Saya memvaksin anak saya karena salah satu sekolah harus ada surat vaksin kalau mau masuk dan mendaftar," ujar wanita yang akrab di panggil Neina, Rabu(26/1/2022). Setelah jalani vaksinasi, Syafa mulai merasakan sakit di kepala. "Seminggu setelah vaksin, pas anak saya ini pulang mengaji, dia merasakan sakit di kepalanya.
Di situ dia mulai nampak sakit," katanya kepada Tribun-Medan.com.
Selain merasakan sakit kepala, Syafa mengalami demam selama dua hari.
Lalu, Syafa dibawa ke beberapa dokter yang ada di Kota Tanjungbalai hingga dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kota Medan.
Waktu dia demam, sempat minta dikusuk, kami kusuk.
Namun tidak juga reda panasnya, kami bawa ke mantri (bidan) dan diberikan obat.
Demamnya turun, tapi dia enggak mau makan," katanya.
Setelah tidak mau makan, akhirnya Syafa dirujuk ke Kota Medan.
"Setiap pagi keluar darah dari hidungnya tidak berhenti-henti, sehingga kami bawa dia ke dokter Johan, di sana dibilang anak saya ini gejala DBD (Demam Berdarah), sehingga dirujuk ke rumah sakit Husada Medan," katanya.
Saat itu, anaknya diobservasi dan hasil yang didapat disebut DBD.
Sumber : Tribunews
16) 26 Januari 2022. Bocah SD di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, bernama Ronald Sitinjak (10), meninggal usai mengikuti vaksinasi corona. Sebelum meninggal, dia sempat dirawat di rumah sakit, lalu mengalami kejang-kejang. Ibu Ronald, Sarma, mengatakan anakya sakit satu hari pasca mengikuti vaksinasi di sekolah di kawasan Kecamatan Tanjung Morawa. Ronald saat itu mengeluh sakit di bagian perut.
“Kamis (20/6) baru ketahuan, sakitnya kejang-kejang, perutnya keras, kakinya juga,” ujar Sarma kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Rabu (26/1).
Setelah itu, Sarma yang posisinya sedang bekerja di Medan, menyuruh keluarganya membawa Ronald ke rumah sakit. Lalu Ronald dirawat hingga Senin (24/1).
“Awalnya ke klinik terdekat, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Medica, cuma di sana di tolak, alasannya tidak ada alat, sama dokter anaknya. Lalu dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Sejati Medan,” tutur Sarma.
Kata Sarma, anaknya meninggal Rabu (26/1) dini hari. Dia tidak mengetahui penyebab kematiannya. Karena selama ini putranya tidak memiliki penyakit bawaan.
Terpisah Kadis Kesehatan Deli Serdang, Ade Budi Krista, membantah dugaan Ronald meninggal lantaran vaksin corona. Dia menyebut dari data sementara bocah malang itu meninggal karena tetanus.
Namun, dia tidak menjelaskan di bagian organ tubuh mana yang tetanus.
“Ini sudah pasti tidak ada kaitan (dengan vaksin). Karena tetanus tidak ada hubungan dengan vaksin," ujar Ade kepada kumparan.
“Masa inkubasi tetanus 10 sampai dengan 14 hari. Artinya sebelum divaksin anak tersebut sudah terpapar tetanus. Timbul gejala kebetulan sesudah divaksin,” tambahnya.
Ia mengatakan saat vaksinasi, kondisi Ronald layak untuk diberi dosis vaksin. Hal itu dibuktikan saat petugas melakukan verifikasi data dan skrining.
“Kemudian input data dan disuntik dengan vaksin Sinovac, observasi dan kemudian pulang," jelasnya.
Selanjutnya kata Ade, menurut keterangan orang tua Ronald, anaknya mengalami kejang dan demam satu hari setelah divaksin, Ronald lalu dibawa ke sebuah klinik.
Pada Jum’at (21/1), dari klinik tempatnya dirawat dia dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Medika Amplas dengan keluhan demam dan perut kembung. Lalu dari sana Ronald dirujuk lagi, ke Rumah Sakit Mitra Sejati Medan.
“Berdasarkan keterangan pihak RS Mitra Sejati, awalnya didiagnosa dengan [gejala] ileus. Lalu difoto abdomen BNO hasil foto tidak ada indikasi ileus,” ujar Ade.
Lalu hari berikutnya Ronald mengalami kejang-kejang dan dari pemeriksaan dokter spesialis anak, dinyatakan sebagai Tetanus.
“Hari berikutnya Ronald mengalami keluhan di daerah mulut (sakit gigi) dan oleh dokter dianjurkan utk dirujuk ke RS Adam Malik,”ujar Ade.
Selanjutnya kata Ade pada Senin (24/1) orang tua siswa membawa pulang Ronald ke rumah. Selanjutnya, pada Selasa (25/1) keluarga melapor ke sekolah bahwa Ronald sakit setelah divaksin.
“Lalu sekolah melapor ke puskesmas. Oleh Puskesmas Ronald dikunjungi dan oleh tim puskesmas dibujuk untuk dirujuk ke RSUD Amri Tambunan. Lalu, Rabu (26/1) sekitar pukul 00.30 WIB Ronald meninggal dunia," kata Ade.
Sumber : Kumparan
Comments