Berduka Cita



Petama-tama, mohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban dan kepada fesbukers kalau saya, pagi-pagi sudah membuka topik berita sedih ini. Sungguh pagi ini saya lemas dan kegalauan langsung menyergap sanubariku ketika suami memberitahuku sebuah berita mengenai dua anak tewas di kolam renang Hotel Novotel ketika berlibur. Penyebabnya dikarenakan sang ibu terlalu sibuk dengan ponselnya. Yang meninggal adalah anak ibu itu sendiri yang berumur 8 tahun dan ponakannya 7 tahun.

Kejadian ini mengingatkanku akan liburan beberapa bulan yang lalu bersama keluarga ipar dan keluarga kami sendiri ke sebuah hotel di tepi pantai Anyer dimana Kimi anakku yang 7 tahun nyaris tenggelam juga. Saat itu, anakku ini langsung nyemplung ke kolam dalam, dia pikir itu kolam untuk anak-anak juga. Saat itu, saya sedang kembali ke lobby untuk ambil barang bawaan, anak bersama keluarga lain termasuk suamiku. Memang belum ajalnya,syukur alhamdulillah dedi seketika itu juga langsung lompat ke air dengan pakaian utuh dengan handphone, kamera, dan dompet masih di celananya untuk menolong anak kami yang tenggelam dengan keadaan megap-megap. Semua selamat ketika itu tanpa kurang satu apapun, kecuali handphone dan kamera digital.

Kembali ke berita sedih di atas, apa yang kalian pikirkan jika mendengar berita ini? mengutuk aksi gadgeting ibunyakah? menuduhnya seumur hidup sebagai 'pembunuh' anaknya kah?
Awal-awal begitu saya diberitahu suami mengenai berita ini, saya langsung spontan "Ya Allah..lemes aku". Saya membayangkan bagaimana jika itu anak dan keponakan saya yang meninggal, dan saya sangat sangat galau memikirkan bagaimana jika ibu itu adalah saya? Bagaimana jika saya yang lalai menjaga anak dan keponakan yang dititip ke saya sehingga nyawa mereka melayang. Saya bisa bilang sekarang ini, bahwa saya ga mungkin lah lalai sibuk sama HP terus ketika menjaga dua anak dalam air. Saya sekarang bisa bilang liburan masa sibuk sama HP terus, anak ga dijagain, mana di kolam pula. Sekarang saya bisa bilang, wiken itu waktunya untuk keluarga, bukan gadget. Tapi bagaimana jika suatu saat, memang saya beneran sibuk sama HP ketika di posisi itu, terakhir saya pun sibuk dengan HP karena terlibat diskusi alot di sebuah fanpage seseorang. Kebayang kan, kalau lagi diskusi seperti itu rasanya mode "jangan ganggu aku" dipajang besar-besar didepan jidatku? rasanya saat itu kalau ada yang ganggu pingin bilang, "Tunggu aku selesaikan ngetik terlebih dahulu, baru aku akan tinggalkan gadgetku".

Lalu, kemudian saya pun bertanya kepada suami tercinta,
Saya : "bagaimana, jika ibu itu adalah aku? apa yang akan kamu lakukan?". (nanyanya dengan hati deg-degan dan galau).
Suami : "berarti kamu telah membunuh ponakan dan anak kita tercinta" (dengan wajah langsung muram dan sedikit emosional).
Saya : "kan..ga senga..ja...dedi" (sambil ragu-ragu bilang ini)
Suami : ...
Saya : "pasti dedi bisa marah besar ya sama aku?"
Suami : "jelas lah"
Saya : "kebayang ya kalau aku jadi ibu itu, aku pasti akan menyesali perbuatanku seumur hidupku, aku pasti akan dibenci oleh keluargaku dan keluarga iparku"
Suami : .... (diam lagi)
Saya : "lalu, apa yang kamu lakukan, menceraikanku kah?"
Suami : (sambil mikir agak lama) "yang jelas aku ga akan bisa lihat wajahmu lagi".
Suamiku ini paling takut kalau anaknya ada yang cacat karena kejedot atau apa, dia bisa usut penyebabnya sampai tuntas kenapa anak kejedot. Suami yang sayang banget sama anak-anaknya lah, intinya.
Saya : "ga bisa lihat wajahku lagi...berarti jelas kamu akan ceraikan aku ya"
Suami : (diam lama) "yah ga tau..yang jelas kejadian ini aku gak akan mau sampai terjadi pada kita".
Saya : "kan ini ceritanya lagi berandai-andai dedi, jadi beneran kamu bakal ceraikan aku?"
Suami : "yah pokoknya aku gak bisa lihat wajahmu lagi!"
Saya : "iyaaa..berarti kamu ceraikan aku donk ya?" (tetep mendesaknya)
Suami : "ya ga tau..ga kebayang"
........
Terbayang sudah perasaan ibu itu ya Allah...seumur hidupnya dia akan menyalahkan dirinya sendiri akan kematian anak dan ponakannya.
Terbayang sudah dibenakku, liburan keluar kota berakhir bencana, membawa tubuh anak sendiri yang sudah tak bernyawa pulang ke kota sambil tak berhenti menetes air matanya memikirkan anaknya tidak akan bisa dia sentuh lagi...
Terbayang sudah...air matanya mengalir bagai deras anak sungai memikirkan dirinya besok ia tidak akan bisa melihat tawa ceria anaknya sepulang sekolah.
Terbayang sudah...ia akan begitu rindu masa-masa memarahi anaknya, masa-masa ketika begadang menunggu anaknya ketika sakit...masa-masa berat yang dilaluinya ketika anak lagi susah makan...
Terbayang sudah...begitu hancur hatinya ditimpa beban begitu besar rasa bersalahnya baik kepada keluarganya sendiri maupun keluarga iparnya.

Semua titik keringat dan besarnya cinta dalam membesarkan anaknya selama 8 tahun itu seakan-akan terhapus bersih dipandangan orang-orang oleh kesalahannya sehari.
Terakhir, ini memang akan menjadi pelajaran untuk semua orang, ibu-ibu khususnya (saya sendiri) untuk segera meninggalkan gadget demi anak.
Image diambil dari painting-mom.com
Betapa crucialnya diskusi di sebuah medsos, nyawa anak kadang memang dipertaruhkan didalamnya.
Betapa crucialnya menjawab pertanyaan customer yang minta fast response kepada kita (jika kita punya toko online), kadang ada satu nyawa disitu dipertaruhkan.
Betapa crucialnya memesan herbal online karena butuh sangat esok hari, kadang memang ada seseorang yang jauh lebih crucial meminta tolehan kepala kita.
Tinggalkan gadget sejenak tidak mengapa.
Kejadian ini pun  juga mengajarkan kita, sebagai customer pun kadang kita mendesak fast response kepada penjual, kita gak pernah tau betapa sibuknya sang penjual saat itu.
mengajarkan kita pula, sebagai sesorang yang aktif dalam debat di medsos, kita ga pernah tahu masalah apa sebenarnya yang sedang dialami oleh partner debat kita diseberang sana. Kenapa harus mencaci-maki dalam debat? kenapa harus merasa diri yang paling benar dalam debat? Toh dalam debat seringnya orang hanya ingin mendengarkan apa yang hanya ingin dia dengar. Kalau yang disana sudah ngotot, sini ngotot lantas apa yang mau dipertaruhkan? letakkan saja HP, keluar dari topik itu dan lihat keluargamu menanti perhatianmu lebih dari sekedar debat yang tak berujung dan tak beruntung.

Terakhir, saya turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kejadian meninggalnya dua anak tersebut. Ibu, kuatkan hatimu. Menangislah sejadi-jadinya jika kau ingin menangis sekarang, biar hatimu lega, biar ringan sedikit beban dihatimu bu. Kemudian, saya hanya bisa berharap, kamu bisa berdiri tegap lagi, menopang kembali kakimu yang lemah untuk berdiri kembali. Lihat keluarga tercintamu sudah memaafkanmu (saya yakin begitu suatu hari nanti), Lihatlah anakmu sekarang sudah menjadi malaikat kecil yang tersenyum di atas sana ikhlas mencintaimu, ikhlas memaafkanmu seikhlas ikhlasnya. Keluargamu yang lain membutuhkan semangatmu bangkit kembali untuk sama-sama meniti masa depan. Suatu hari nanti, anakmu akan menjadi malaikat kecilmu yang akan menjemputmu kelak jika hari akhirmu tiba, tangan kecilnya siap untuk membukakan pintu surga menyambutmu nanti ibu. Amin ya Allah, kuatkanlah ibu ini ya Allah...hiks...

Sekarang saya jadi ingin bertanya kepada kaum ibu, coba suaminya ditanya apa yang akan mereka lakukan terhadapmu? saya ingin sekali mengetahuinya, please share :)

Comments

Unknown said…
Sebaiknya pertanyaan itu jangan diajukan berkali-kali. Ingat pantangan kata2 dr seorang suami. Cukup utk tahu dan berubah diri.
Wah terimakasih pengingatnya yaa...^_^

Popular Posts