Nahl sembuh dari campak

Sesuai janji, aku akan menceritakan kisah Nahl (4 tahun) campak. Sebenernya cerita-cerita semacam ini lebih kepada tujuanku untuk mencatat history kesehatan anak-anakku pribadi. Kenapa ga di diary pribadi aja? Udah pernah tapi akhirnya hilang entah kemana, sedangkan kalau di medsos bisa dilihat dan dibaca kapanpun aku mau, selebihnya ya semoga bisa diambil pelajaran oleh orang-orang yang membacanya. Kisah-kisah yang aku tulis HANYALAH berdasar pengalaman pribadi semata, tidak ada usahaku untuk mempengaruhi orang untuk tidak percaya medis sama sekali. Semua keputusan akan kesehatan anda sekeluarga 100% ada ditangan anda. Aku pribadi pun melakukan tindakan-tindakan di luar medis dengan resiko yang siap aku tanggung sendiri.

Bermula pada hari Selasa, 19 Juli 2016, sore, guru ngaji datang ke rumah. Pertama Kimi dulu yang ngaji, ketika Kimi mengaji Nahl mulai kerasa sumeng. Akhirnya saya memutuskan Nahl ga usah ngaji aja. Akhirnya bu guru ngaji pun pulang setelah kimi selesai ngaji.
Mengingat 2 minggu sebelumnya Nahl juga sempet demam sampai membuatnya kejang (kejang demam pertama kali di umurnya 4 tahun, cerita lengkapnya ada di sini), jelas demam kali ini membuatku tak habis pikir kenapa bisa demam lagi dengan jarak cuma 2 minggu. Nahl yang biasanya history kesehatannya sangat baik dibanding kakaknya ini benar-benar membuatku bingung kenapa habis pulang lebaran kok sakit udah 2 kali aja, demam tinggi pula. Okelah mungkin karena selama bulan ramadhan makanannya sedikit kacau atau karena udara juga yang lagi banyak virus. Aku pun teringat tulisan dr. Mercola, sebagai berikut.
"It's important to realize that fever is your body's backup defense mechanism when your primary ones – mainly your immune system -- fail. Your first line of defense is your macrophages, which gobble up any invading microbes.
As long as your immune system is strong, you may not even realize you've been exposed to a troublesome bug."
Oke berarti memang sistem imun Nahl saat ini lagi lemah sehingga makrofagnya nahl sampai kewalahan banget menghadapi si virus, yang nantinya belakangan kuketahui namanya paramiyxovirus (virus penyebab penyakit campak). Oke, lanjutin lagi ceritanya.
Malam hari suhunya mulai tinggi, tingginya seberapa ga tau karena aku ga pakai termometer, batere lagi habis. Oiya dari sejak Nahl demam kemarin sore sampai sekarang aku beri dia VCO setiap hampir 2 jam sekali, 1 sdm dan minum yang banyak. Suami sudah maksa kasih paracetamol (paracetamol bekas oleh-oleh dari dokter 2 minggu yang lalu). Aku kekeuh ga mau anakku dikasi parasetamol karena itu aku bolak balik mengompresnya dengan air hangat. Aku ambil air kompresannya langsung dari panci diatas kompor, begitu air mendingin, kunyalain lagi kompor sehingga air kompresan tetap hangat. Kalau sudah hangat kumatikan lagi kompor. Terus saja begitu. Akhirnya aku mulai merasa lelah karena terus-terusan mendengar judgement "halah, kompres ga ada gunanya, ga efektif,  ga ngaruh, anaknya juga terganggu karena dia ga suka, dia ga bisa istirahat". Akhirnya mulai merasa capek hati dan lelah bolak balik kompres sambil deg-degan berburu waktu karena kalau-kalau Nahl kejang lagi. Akhirnya tertidur juga aku disamping Nahl yang sedang demam tinggi itu sampai pagi tiba.

Rabu, 20 Juli, subuh aku merasakan suhunya semakin tinggi..tapi entah kenapa aku mau bergerak untuk ngompres lagi kok ya merasa berat dan useless. Kalimat "kompres gak efektif", "udah, parasetamol aja" itu demikian melukai hatiku dan menekanku. Serasa ga ada yang support sama semua yang kulakukan, akhirnya aku berhenti mengompresnya.. kutunggui Nahl saja akhirnya (yang harusnya aku tetap mengompres) sambil menunggu keajaiban terjadi. Dalam hati aku berdoa supaya Nahl tidak kejang lagi karena alamat dikasi parasetamol lagi sama dedinya dan mominya bakal kena amuk huhu.. Nahl tidur dipangkuanku, badannya sesekali 'kejet2' membuatku yakin sebentar lagi pasti kejang ini, pikirku. Matanya juga udah mulai mengantuk.  Sambil kupangku Nahl yang demam tinggi ini tiba-tiba saja dia kejang untuk kedua kalinya. Sebenernya kejang kali ini aku mau tutupi dari dedinya tapi tetep ketahuan karena kita ada dalam 1 kamar, Dedi dan Kimi yang duduk dekat kita pun akhirnya ikut panik, sedangkan aku sibuk menenangkan mereka sambil peluk Nahl yang sedang kejang "tenanglah! Kejang demam tidak berbahaya!" begitu kataku saat itu, sambil tetap memegang anakku yang sedang kejang. Aku terlihat tenang tapi jantungku berdegup amat kencang sambil berharap kejangnya segera reda. Alhamdulillah kejang gak berlangsung lama hanya 15 detik. Dengan tenang aku cuma mengingatkan dedinya untuk liat jam berapa ini mulai kejang. Boro2 dibantuin liat jam, yang ada ibunya langsung kena amuk haha..*ketawasambilnangis.
Aku benar-benar menjadi tersangka atas kejangnya Nahl. Ini semua akibat salahku yang gak kasih parasetamol, begitu katanya. Sedihnya hatiku, kompres air hangat pun tidak dibolehkan, anak kejang karena ga dikasi parasetamol pun mulai dituduhkan padaku. Saat itu aku mulai teringat inbox seorang teman herbalis bahwa akan lebih efektif anak direndam dalam bak air hangat ketika demam tinggi. Kusampaikan maksudku itu pun suami tercinta gak setuju pakai banget, masa anak sakit disuruh berendam. Oke! Semua yang kubilang gak ada yang masuk akal sepertinya ya (sedih tingkat dewa)...
Setelah Nahl sadar dari kejangnya aku mulai memberikan tambahan lain berupa herbal tea (tanpa jeruk nipis, hanya pakai kunyit karena yang dibolehkan hanya itu sama dedinya). Untungnya dedi harus kerja hari itu (lho kok aku bilang untung? Karena aku bisa mulai memberikan Nahl berbagai herbal lain dan bisa mengompresnya hehe..tidak ada tekanan. Beberapa kali Nahl mencret berupa cairan sedikit hijau dengan ampas sedikiiit sekali. Suhunya pun masih tinggi, bolak-balik aku kompres dengan air hangat dan skin to skin dengannya. Beberapa kali pula Nahl 'kejet2' seakan mau kejang lagi, nadi lehernya menghentak-hentak tanda demamnya teramat tinggi. duh pokoknya hari ini aku bak orang stress, sudah ga pake baju karena skin to skin, wajah penuh tekanan, dan sering memohon2 sama Kimi yang alhamdulillahnya masih libur, untuk membantuku mengompres adiknya. Perjuangan benar menjadi seorang ibu ketika tiba anaknya jatuh sakit. Sudah banyak sekali VCO, madu manuka, air kelapa muda, dan herbal tea yang kuberikan kepadanya tetapi demamnya tidak juga kunjung turun, bahkan masih tinggi. Saat ini aku belum pakai termometer karena belum sempat beli baterai. Hingga sore tiba, dedi pulang kerja. Aku mulai tegang lagi. Debat pun dimulai lagi. Kemudian aku mengalah, yah silahkan anakku disuapi lagi paresetamol oleh dedinya. Dedi sebenernya juga kasihan melihat isterinya ini bolak balik kompres anaknya, kalau pakai paracetamol kan lebih ringkas, aku ga repot bolak balik, anaknya juga nyaman. Tapi tetap kok dalam hati yang paling dalam, aku sangat ga rela anakku disuapi parasetamol, aku jauh lebih rela bolak balik kompres dia. Tapi yasudah ada kalanya harus mengorbankan idealisme demi kebaikan bersama. Toh aku pribadi juga merasa geli sama diriku sendiri, anti bener sama obat farmasi, sendirinya kasih anak chiki dan minuman manis ke anak ketika weekend, padahal apa bedanya efek buruk parasetamol dan chiki hehehe... *toyorkepalasendiri.
Dan...memang benar malam itu Nahl lebih nyaman tidurnya, apalagi malam-malam dedi keluar lagi untuk beli bye2 fever (kompres alkohol yang ditempel di dahi anak) dan kelapa ijo. Suamiku itu walau keras sekali namun dia masih mempertimbangkan keberatan isterinya, buktinya dia walau kekeuh sama parasetamol, namun dia masih mempertimbangkan efek buruk parasetamol sehingga muter otak akhirnya beli bye2 fever aja daripada kasih parasetamol lagi. Tapi sayangnya Nahl benci banget dahinya ditempelin sama bye2 fever. Dia pakai alasan pipis bolak balik biar aku melepas tempelan dahinya, hadeeehhh...akhirnya banyak yang berakhir di tong sampah ga sampai 2 jam, padahal kabarnya 1 stempel bisa untuk 10 jam lebih.

Kamis, 21 juli, pagi-pagi buta sekitar jam 2 aku sengaja bangun untuk bersih-bersih rumah mulai dari lap-lap debu, menyapu, mengepel, mencuci dsb..supaya hatiku lebih tenang nanti ketika mengurus Nahl yang masih saja sakit dan mempersiapkan sekolah kakaknya pertama kali masuk SD kelas 3. Rasa capai dan sedih aku kesampingkan dahulu. Saat susahku ini, hanya teman herbalisku yang selalu siap sedia aku curhati mengenai kondisi Nahl. Aku merasa bersyukur Allah mengirim teman yang selalu support natural healing untuk buah hatiku. Bahkan kalimat-kalimatnya "tifus pun obatnya hanya cairan dan daya tahan tubuh saja kok, kamu jangan kawatir" itu terasa angin surga menyeka wajahku yang lelah ini. Teman herbalisku memiliki anak 4 ( anak ke -5 masih di kandungan), dikala kesedihanku beliau menceritakan bagaimana perkenalannya dengan dunia herbal, bekam, dan akupunktur. Beliau menceritakan suami dan anaknya yang pernah sakit tifus tetapi sembuh hanya dengan hometreatment (herbal, cairan, dan akupunktur) tanpa antibiotik sama sekali. Beliau sendiri juga pernah kena kista langka bentuk seperti roda 3 cm 3 buah yang sempat membuatnya jalan dengan mengesot dan dokter memberi pilihan sulit hamil lagi dan untuk kista harus dikuret atau nunggu sampai kistanya besar dulu lalu dikuret. Tetapi Allah memberi jawaban lain padanya, beliau sembuh dalam 1 bulan hanya dengan hometreatment dan herbal. Semua cerita ini kemudian membangkitkan kembali semangatku untuk berjuang menemani anakku jangan sampai berakhir di Rumah Sakit. Titik. Akan tetapi, semua semangat yang sudah terbangun kokoh ini kemudian hancur sudah ketika jam 8.30 Nahl diare untuk ke sekian kalinya ditambah MUNTAH cairan dan buanyak. Ya Allah..kalau sudah ada kejadian muntah ini jadi benar-benar membuatku teringat kembali pada kakaknya (Kimi) ketika umur 6 bulan pernah muntah dan diare sehingga harus dirawat di RS. Seketika aku menangis tersedu-sedu minta dan bertanya kepada Allah, ya Allah aku sudah memberikan semua yang aku bisa berikan padanya, tunjukkan kuasaMu ya Allah, aku belum pernah kecewa berharap padaMu, mohon ampuni dosaku ya Allah. Tangisanku terus saja mengalir apalagi melihat Nahl sudah dalam kondisi yang sangat lemah, tulang rusuknya semakin terlihat jelas, wajah celong saking kurusnya, kuusap wajahnya setelah dia muntah sambil terus bilang "Nahl..jangan muntah lagi ya nak", dia cuma mengangguk-angguk lemas.
Demam tinggi, lidah putih, mata merah, diare, lemas, muntah, hiks..
Jam 9.30  Nahl tertidur dan temanku memintaku untuk membalur tubuh Nahl dengan evoo, lama-lama suhu tubuh Nahl berangsur turun. Aku sampai berulangkali mengucapkan "Allahuakbar" saking bahagianya walau aku tahu Nahl belum pulih. Tetapi penurunan suhu walau sedikit saja sangat berarti buatnya yang punya bakat kejang ini. Subhanallah, berarti benar ya mekanisme pembuangan patogen itu salah satunya dari muntah, begitu muntah demam sedikit turun, walau ga lama naik lagi :( Ku coba menyusun lagi harapan yang sudah hancur tadi, harapan Nahl bisa melalui semua ini tanpa harus ke RS. Oiya sampai hari ini pun, saya masih berpikir Nahl bisa jadi tipes karena itulah aku benar-benar tertekan, lalu aku juga dipojokkan dengan kebiasaanku memberikan anak-anak makanan mentah terutama telor mentah. Aku benar-benar terpojok dan merasa sendirian di ruang gelap. Hanya nasihat teman herbalisku itulah yang seringkali menegakkan kembali tulang-tulang yang udah lemas ini. Nasihat demi nasihatnya kudengar hingga akhirnya menjahit kembali harapan yang sudah sempat terkoyak-koyak tadi. Aku bertanya kepada temanku ini "mbak, kenapa ya Nahl ini kok ya jadi mudah sakit begini tiba-tiba saja kok dia begini yang biasanya sehat, apa iya karena kesalahanku kalau pas tiap wiken ataupun pas liburan ramadhan kemarin aku benar-benar membebaskan dia untuk makan berbagai junk food termasuk chiki, kue-kue manis, gorengan dll.."
Mbakku menjawabnya "orang yang biasa makan junk food setiap hari ga merasa sakit bisa jadi karena toksin menumpuk di ginjal sehingga ada suatu saat ginjalnya protes. Akan tetapi orang yang terbiasa dengan makanan-makanan baik, maka begitu masuk toksin, maka toksin bisa langsung dikeluarkan bisa melalui demam, diare, muntah, dll". Oke, sejak saat itu, aku buat perjanjian baru dengan Nahl dan Kimi bahwa tidak akan lagi menyentuh minum-minuman manis berwarna dan chiki-chikian supermarket walau di hari libur. Mereka alhamdulillahnya setuju dengan mudahnya, apalagi Kimi yang udah berlarut-larut ikut sedih lihat adiknya terkulai lemas.
Setelah Nahl muntah tadi, detik demi detik bagaikan setahun rasanya. Aku benar-benar takut kalau sampai dia muntah kembali, dengan sabar aku minumkan dia semua yang menurutku terbaik (VCO, herbal tea, bone broth, madu, evoo, air kelapa ijo). Teman herbalisku meminta supaya Nahl hanya diberikan cairan dan cairan saja, skip dulu semua makanan padatnya. Aku menurut walau hati rasanya hancur lihat Nahl kurus sekali.
Nahl kurusnya kamu nak :(

 Aku percaya bahwa tubuhnya sekarang sedang berperang melawan patogen, jadi biarkanlah energi tubuhnya terkonsentrasi pada perangnya dan bukan untuk mengolah makanan padat. Teman herbalisku juga telah punya pengalaman merawat anaknya yang padahal hanya demam sehari tapi diberi makan hanya cairan sampai 3 hari lamanya, apalagi Nahl yang sudah menginjak hari ke-2 ya, berarti memang bagusnya ya cairan saja. Biarin anak kurus karena memang lagi sakit, nanti begitu sehat makan banyak lagi, jangan kawatir, begitu mantra yang selalu aku sebut dalam hati supaya aku tidak goyah. Mantra lain adalah keyakinanku bahwa Nahl tidak dalam kondisi dehidrasi karena pipisnya masih baik. Jam demi jam berlalu, sudah banyak cairan yang aku suapi dan Nahl tidak muntah kembali. Harapan indah itu kembali terjalin. Ucap syukur kepadaNya tak henti-hentinya kuucapkan atas ke'tidak-muntah'nya Nahl mungilku. Teman herbalis meyakinkanku bahwa muntah, demam, diare, adalah upaya tubuh untuk membuang bakteri dan toksin apalagi Nahl kan sudah sempat disuapi parasetamol sebanyak 3 kali (jika digabung dengan yang pas dia sakit 2 minggu yang lalu itu), maka insyaallah toksin parasetamol dan patogen bisa kleuar bersamaan dengan diare dan muntahnya. Lalu, teman herbalis mulai mengajariku untuk segera dimulai terapi air pada Nahl. Apa itu terapi air? Anak yang demam tinggi diajak berendam di bak air hangat (menuju panas) bertujuan untuk menjaga suhu tubuh tidak naik lebih tinggi atau bahkan menurunkannya sedikit. Sama halnya dengan konsep kerja parasetamol, pikirku. Wah, boleh dicoba ini. Walau jika suami melihat pasti melarang keras, tapi aku ga ambil pusing. Kali ini aku kekeuh mau coba, mumpung suami juga pas lagi kerja di luar rumah hehe, maaf ya mengelabuimu. Nahl yang masih saja demam tinggi ini, aku ajak berendam di bak, kubawa semua mainannya supaya dia mau diajak berendam. Teman herbalisku menyarankan agar lain kali rambut anak tidak boleh panjang karena sebaiknya ketika terapi air, air terus kita siramkan ke badan dan kepalanya wajib basah juga. Tidur pun malah lebih baik, malah sempat saya bawakan bantal supaya dia bisa rileks di bak. Waktunya berapa lama? Selama mungkin akan lebih baik, malah jika perlu anak bisa bobo di baknya. Tugas kita harus menjaga suhu air dalam bak, jika terasa suhu air mulai turun, segera buang 3 gayung ganti dengan 3 gayung air hangat baru lagi. Nahl benar-benar rileks walau memang dia ga respon sama mainan-mainannya, lemas sekali anakku.
Nahl sedang terapi air

Aku coba sentuh dahinya Nahl, terkejutlah aku dahinya seperti orang sehat, demamnya seperti sudah pergi entah kemana. Kebetulan termometer sudah ada baterainya, 37,7!! Subhanallah, terapi air...Dari detik itu, aku mulai percaya pada terapi air. Menurutku, terapi air adalah alternatif terbaik mencegah kenaikan suhu demam dibanding parasetamol, metode kompres, dan skin-to-skin sehingga diharapkan bisa mencegah resiko kejang demam. Betapa banyak anak yang masih tetap kejang walau sudah diminumkan parasetamol karena bisa jadi parasetamol perlu waktu lebih lama untuk bekerja, sehingga suhu sudah keburu naik dan anak kejang. Begitu juga metode kompres, sangat melelahkan dan seharusnya anak pun kita telanjangi dan terlalu banyak sisi tubuh yang harus di kompres akibatnya tempat tidur juga rentan basah. Apalagi metode skin-to-skin yang memang jadi membuat ibunya ga berpakaian juga, sukar diterapkan jika kondisinya lagi banyak orang di rumah. Tetapi bukan berarti ga ngefek lho ya, aku sendiri menyukai metode kompres, skin-to-skin dibanding memberikan anak parasetamol yang terkenal toksik bagi liver ini. Dari semua metode tersebut, terapi air tetap juaranya. Selama anak di dalam bak, itulah saat ternyaman anak dimana anak bisa disuapi banyak cairan. Karena itulah, saat di bak, Nahl saya suapi bone broth, yang biasanya pakai banyak nego untuk membuat dia mau minum, akan lebih mudah bagiku menyuapinya ketika di air. Alhamdulillah secangkir bone broth telah ia habiskan di air. Lalu aku angkat tubuh kurusnya dari air. Kata temanku, jangan handuki dulu anaknya, skin-to-skin dulu sama mominya, oke aku lakukan sambil memijat lembut seluruh tubuh Nahl dengan evoo. Minyak zaitun ini akan meresap sampai ke organ dalam tubuh, membantu menumpas patogen dan melancarkan jalan keluar patogen. Intinya, begitu anak demam tinggi, ajak anak terapi air, lalu keluar dari air jangan dihanduk dulu langsung skin-to-skin sambil baluri minyak evoo, atau jika tidak skin-to-skin pun tidak mengapa cukup dibalurin evoo dan tidak diberikan pakaian yang terlalu tertutup. Begitu seterusnya insyaallah suhu tubuh yang demam tidak terlalu melejit tinggi yang bisa mengakibatkan anak kejang. Kabar gembira ini langsung aku kirim ke suamiku. Aku tahu suami selalu meragukan hal-hal yang tidak ada sainsnya, tapi begitu mendengar Nahl langsung turun demamnya setelah terapi air, suamiku langsung turut bahagia juga dan subhanallah sejak saat itu dedi mulai setuju untuk tidak memakai parasetamol lagi jika terapi air masih bisa dilakukan. Bahagia sekali aku mendengar itu.
Nahl bahagia setelah terapi air

Nahl yang sudah turun demamnya ini mulai merasa lapar, tetapi saya tahan untuk tidak terburu-buru memberikannya makanan padat supaya tubuhnya bisa fokus untuk pembuangan patogen saja. Padahal dia sudah meminta-minta makan nasi. Akhirnya dengan nego yang alot dia menurut. Maaf ya nak...hiks. Jadi hari itu, 'makanan' Nahl hanya berupa air putih, air kelapa ijo, VCO, bone broth, dan herbal tea (kunyit dan madu mentah).
Jam 5 sore, Nahl punya keluhan baru lagi, dia menangis-nangis ketika menelan. Sepertinya keluhan mulai merambah ke radang tenggorokan. Teman herbalisku (lagi-lagi) menolongku, berikan segera evoo karena evoo dapat langsung meringankan radang tenggorokan. Lalu tak pikir panjang aku suapi 1 sdt evoo ke Nahl dan..berhasil ia lepeh semua evoo nya, aduh gini deh karena gak biasa minum evoo jadi kaget sama rasanya. Akhirnya aku puter otak, bagaimana cara agar evoo ini berhasil ditelannya tanpa dia merasa ga enak. Akhirnya aku campur evoo dengan madu mentah dan rebusan kunyit (tetapi air rebusannya hanya sedikit sekali jadi kental). Lalu aku suapi ke Nahl dengan nego alot juga, aku yakinkan ke dia bahwa kali ini evoonya manis dan enak, akhirnya dia mau meminumnya. Ga lama dari sejak minum, tangisannya berhenti dan dia pun bisa tertidur sangat pulas, alhamdulillah ya Allah.. menetes air mataku saat melihatnya tidur nyenyak dengan suhu demam yang sudah mulai turun ini. Dalam lelahku dan sesalku yang tak kunjung habis ini aku tertidur bersamanya di lantai yang hanya beralaskan selimut. Aku benar-benar menyesal kenapa baru tahu terapi air ini sekarang, setelah Nahl kejang dua kali..ya sudahlah mungkin inilah cara Allah menjewerku karena dulu sempat menulis artikel yang mengarah anti terhadap parasetamol, tetapi aku sendiri justru baru tau sekarang alternatif terbaik pengganti parasetamol itu sendiri. Maafkan aku ya Allah.
Jam 8.45 malam Nahl masih diare.

Jumat, 22 Juli, bangun pagi aku ukur suhunya 37,4. karena aku melihatnya sudah demikian kurus akhirnya aku memberikannya bubur kaldu bone broth.
Jam 1 siang aku suapi Nahl sambil nonton kartun favoritnya. Sebenernya teman herbalisku masih melarang memberikan bubur karena curiga Nahl tipes. Nahl dengan lahap makan bubur tersebut. Jam 4 sore, Nahl mulai naik lagi demamnya,  38,3. Ini jadi membuatku menyesal memberikannya bubur tadi, tetapi suami bilang anaknya harus diberi makan padat kasihan. Jam 4.45 sore aku berikan air kelapa ijo 1 cangkir, suhu mulai turun 37,8. Jam 6.45 sore aku berikan kembali evoo-kunyit-madu mentah. Jam 9 malam kembali aku berikan air kelapa ijo secangkir. Jam 10 malam suhu naik 38,5. Jam 11.45 malam Nahl yang tertidur tiba-tiba terbangun dengan wajah yang sangat ceria padahal suhu masih 38,3, lalu aku suapi kembali evoo-madu mentah-jeruk nipis peras.

Sabtu, 23 Juli, jam 4.30 pagi suhu masih di 38,3. Pembuluh darah membaik karena matanya sudah tidak terlihat merah lagi. Lidah pun sudah tidak memutih, normal. Diare masih ada tetapi sedikit sekali. Jam 7 pagi aku peres 2 buah jeruk medan untuknya. Kata mbak herbalisku bilang jangan dikasi jeruk karena kalau memang tipes ga boleh makan jeruk dan apel. Aku menyesal memberinya jeruk, tapi terus berdoa dan berharap nahl bukan sakit tipes, berbekal google aku kemudian mencari-cari penyakit apa yang cocok dengan gejala yang dialami Nahl, kemudian teringat juga status 2 orang teman di timeline facebook meenganai waspada campak, aku kemudian menebak-nebak Nahl (mungkin) sakit campak, tapi kenapa ga ada ruam ya. Lalu jam 8.30 karena dedinya lagi makan nasi uduk, Nahl meminta suap, aku beri 2 suap saja. Aku larang banyak -banyak karena ga sehat, nanti Nahl momi suapin nasi kaldu aja yaa, Nahl menangis karena maunya nasi uduk, nego alot lagi akhirnya dia menyetujuinya. Jam 9 aku berikan nasi kuah bone broth. Jam 10 Nahl mulai menangis-nangis lagi sakit tenggorokan. Kembali aku suapi evoo-madu mentah. Tetapi kali ini nangisnya terus-terusan sampai akhirnya tertidur. Jam 4 sore aku beri jus melon 1 cangkir. Suhu badan 39. Kemudian Nahl akhirnya pup padat, sudah tidak diare lagi, alhamdulillah. Jam 9.45 malam makan nasi sedikit. Jam 10 malam mulai diare lagi, suhu turun 37,9. Mulai aku suapi sari kurma 1 sdt. Jam 12 malam, VCO 1sdm.

Minggu, 24 Juli, jam 2 pagi aku berikan air kelapa ijo, Nahl diare lagi dan lemas sekali. Dalam hatiku kuberkata, ayo nak berjuang nak, kamu bisa melalui ini. Kembali aku suapi evoo-madu untuk keluhan tenggorokannya, akhirnya sakit tenggorokannya hilang! Allahuakbar. Jam 3.30 pagi aku berikan kembali 2 sdt sari kurma, suhu 37,7. Kenapa aku berikan sari kurma? Karena sari kurma berguna untuk pengganti serat makanan juga dan mengenyangkan dibanding madu, plus banyak nutrisi penting didalamnya, dan karena untuk menghilangkan kekhawatiranku akan kemungkinan Nahl kena demam berdarah. Kata teman herbalisku, 'obat' DBD kan sari kurma karena dapat menaikkan trombosit, menurut pengalamannya anak teman beliau yang udah divonis sama dokternya tinggal doa yang bisa menyelamatkan nyawanya, lalu ketika ibunya menyuapi sari kurma sampai habis 2 botol dalam semalam, esok paginya ketika diperiksa trombosit langsung naik melejit, dokter sampai kaget dikasih apa kok bisa naik, begitu tau sari kurma, sang dokter pun malah menanyakan dimana bisa beli sari kurma, subhanallah. Jam 5.30 pagi aku suapi 1 cangkir air kelapa ijo. Jam 7 pagi, aku suapi 1 buah telor ayam kampung 1/2 matang, suhu tubuh 37,1. Jam 9.30 pagi, Nahl menghabiskan 1 cangkir melon. Jam 10.30 pagi aku mulai menjemurnya tanpa memakai baju dibawah terik matahari langsung selama 15 menit, sampai keluar keringatnya, suhu badan langsung turun di 36,5. Nahl pun tertidur lelap, subhanallah. Jam 12.30 Nahl kembali diare, oh mungkin ini sisa patogen yang mau dikeluarkan oleh tubuhnya, pikirku. Akungnya Nahl datang menengok Nahl, sungguh bahagianya anakku. Kubiarkan Nahl ikut akungnya berkeliling naik motor supaya dia bahagia, terapi kebahagiaan sangatlah penting bagi si sakit. Akung juga bawa oleh-oleh yaitu sari kurma, temulawak, dan daun saga.
Oleh-oleh dari akung sayang (daun saga, sari kurma, temulawak)
Jam 12.30 siang aku buat rebusan temulawak dan daun saga, diberi madu. Kuminumkan Nahl ramuan tersebut. Jam 5 sore Nahl makan nasi bone broth, ayam, dan chicken wingnya pizza hut hehe...abisnya Dedi nakal makan Pizza di depan anaknya ya pasti minta. Banyak dia makan, alhamdulillaaaaah..kemudian Nahl bobo kembali nyenyaaak, suhu tubuh normal di 36, 5.

Senin, 25 Juli suhu tubuh normal di 36,7. Mulailah timbul ruam merah. Aku bahagia sekali melihat ruam itu muncul, berarti perkiraanku benar bahwa Nahl kena virus campak, alhamdulillah bukan tipes. Ruam pun makin lama makin konrras, seperti udang rebus anakku.
Ruam campak mulai terlihat
Si biang kerok (paramyxovirus) sudah mulai menampakkan jati dirinya. Ayo Nahl hajar habis!!!

Selasa, 26 Juli, kulit wajah Nahl mulai mengelupas, seperti kukit kering. Mulai ada gejala pilek sedikit. Dan sedikit-sedikit walau masih teramat lemas, dia mau mulai bermain. Jam 2.30 Nahl sudah pup normal.
Sengaja, aku liburkan sekolahnya sampai jumat, supaya Nahl tidak menularkan virus campak ke teman-teman sekolahnya. Aku mencandai kakak adikku, kalian kalau mau vaksin campak gratis silahkan datang kerumahku yaa, hehe..

Senin, 1 agustus, Nahl siap bersekolah kembali! Alhamdulillah..terimakasih ya Allah. Oiya nantinya setelah lama-lama Kaki dan badan Nahl mulai bentol-bentol gatal, sepertinya memang sehabis ruam timbul gatal, alhamdulillah lama-lama juga memudar gatalnya kira-kira 6 hari lamanya. Engkau memberikan banyak sekali pelajaran bagi kami sekeluarga dari sakitnya Nahl ini. Aku semakin terkesima dengan sistem pertahanan tubuh manusia sehat yang telah diciptakan oleh Allah dari serangan patogen dan toksin. Subhanallah, selamat ya anakku sayang kamu sudah memiliki antibodi campak secara alami!
Nahl sayangku mulai aktif bermain siap ke TK pertama kali







Comments

Novri Yanti said…
Masyaa Allah..
Perjuangan yg luar biasa. Saat ini anak saya juga sedang terkena campak, semoga saya bisa melewatinya dg full home and herbal treatment
Terima kasih sharing nya mba rike
amiiin..terimakasih mbak novri :)

Popular Posts