VAKSIN HPV EFEKTIF DAN EFISIEN MENCEGAH KANKER SERVIKS, BENARKAH ?



Karena di Jogja akan ada demo vaksin HPV pertamakali yang akan diadakan di sekolah-sekolah di daerah Kulonprogo dan Gunungkidul, aku jadi ingin membahas vaksin yang penuh dengan kontroversi ini. Ada baiknya, tiap ortu yang ingin memutuskan anak perempuannya untuk di vaksin (mulai umur 9 thn) perlu mulai mencaritahu seberapa penting vaksin ini dan seberapa aman? Tapi bahasnya pelan2 ya..koreksi aku ya jika salah.

Salah satu siswa yang pertama kali mendapatkan vaksin HPV oleh Bupati Kulonprogo, Jogja pada 9 Okt 2017.
Sumber foto : www.jatengpos.com.

Bahas ini dulu deh ya, dari video Youtube yang berbicara mengenai hasil penelitiannya mengenai Review of Gardasil (bisa lihat disini) Dr. Diane Harper (Professor dan Ketua Departemen Family and Geriatric Medicine di University of Louisville sekaligus sebagai investigator dari clinical trial untuk vaksin HPV produksi Merck dengan merk Gardasil) :
Dari sejumlah wanita yang terinfeksi HPV,
- 70 % bersih dari virus HPV di tahun ke-1 --> tanpa perlakuan/bantuan apapun.
- 90% bersih dari virus HPV di tahun ke-2 --> tanpa perlakuan/bantuan apapun.
- Sisanya, 10% di tahun ke-3 virus HPV masih tersisa di tubuhnya.
- Setengahnya dari 10% itu (5%) infeksi HPV berlanjut/berkembang menjadi lesi pre kanker (disebut CIN 2/3).
- 20% dari si 5% tadi (1%) yang memiliki lesi CIN 3. Wanita yang memilikin CIN 3 inilah yang akan berubah menjadi karsinoma infasiv dalam waktu 5 TAHUN.
- 30 TAHUN KEMUDIAN (tentu jika tidak ditritmen alias dicuekin), 40% dari 1% tadi (0,4%) akan berkembang menjadi kanker serviks. Lihat, 0,4 % itu angka yang sangatlah kecil.

--------------------------------------

Apa sih CIN itu? CIN kepanjangan dari Cervical Intra-epithelial Neoplasia – yang artinya sel-sel abnormal yang ditemukan pada permukaan serviks. Mirip stadium gitu deh..
CIN1 – ringan
CIN2 – sedang
CIN3 – parah (ini pun belum bisa disebut kanker, dan jika ditritmen pun bisa kembali normal).


Sejarah infeksi HPV alami















Pendapat saya : Jadi, patogenesis (perjalanan penyakit) mulai dari :
CIN 1 -->> CIN 2 -->> CIN3 -->> Kanker Serviks
Itu membutuhkan waktu yang sangatlah lama, yaitu 30 tahun, plus hanya 0,4% yang beresiko berkembang menjadi kanker serviks, inipun jika tidak ditritmen sejak dini (dikarenakan tidak menjalankan pap smear rutin sehingga tidak ketahuan dari awal, tentu ditunjang oleh gaya hidup yang tidak sehat ya). Sedangkan vaksin HPV hanya memberikan perlindungan dibawah 10 tahun (koreksi jika salah ya) dengan detail sbb :
Vaksin Cervarix (bivalent vaccine--> Virus HPV tipe 16 dan 18) : 9 tahun (penelitiannya bisa dilihat disini).
Vaksin Gardasil (quadrivalent vaccine--> Virus HPV tipe 6, 11, 16, dan 18) : 8 tahun ( penelitiannya bisa dilihat disini).
Vaksin Gardasil 9 --> Virus HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Efektifitasnya belum diketahui karena belum ada penelitiannya.

Berbeda dengan penelitian di atas, pada package insert Gardasil sendiri pada halaman 24 dipaparkan data titer antibodi yang justru telah menurun tahun ke 3 dan 4 (month 36 - month 48) sejak mendapatkan vaksin.
Screenshot dari PI Gardasil halaman 24 mengenai jumlah titer antibodi yang terlihat menurun di bulan 36 dan 48


Sedangkan vaksin dimulai sejak umur 9 tahun, yang mana si anak belum aktif secara seksual, andaikan 10 tahun lagi berarti anak berumur 19 tahun, Andai umur 19 tahun mulai melakukan aktivitas seksual dan gaya hidup anak tsb buruk berarti sang anak mulai beresiko terkena virus HPV. Karena virus HPV lebih banyak menginfeksi orang yang sudah aktif secara seksual, hanya 11 % menginfeksi orang2 yang belum aktif secara seksual, bahkan pada bayi. vaksin HPV yang diterimanya ketika umur 9 tahun pun sudah tidak ada gunanya lagi bukan? Antibodi yang diproduksi oleh tubuh hasil dari vaksin punya masa kadaluarsa. Kita tidak dapat mengeliminasi penyakit kanker serviks ini walau semua orang mendapatkan vaksin ini, vaksin hanya dapat menundanya untuk sementara. Di samping itu, vaksin hanya menawarkan perlindungan terhadap 2 dari 15 tipe Virus HPV yang beresiko tinggi menyebabkan kanker (termasuk kanker serviks), yaitu tipe 16 dan 18 sedangkan Virus HPV cakupannya luas, tidak hanya serviks saja yang diserang, melainkan juga tenggorokan, lidah, tonsil, dan area genital lainnya (selain serviks) seperti vulva, vagina, penis, dan anus. Lagipula, tipe 16 dan 18 hanyalah 70% ditemukan sebagai penyebab kanker serviks, jadi masih ada 30% tipe virus lain yang masih bisa sebabkan kanker serviks. Sebagai tambahan pertimbangan, Virus HPV hanyalah penyebab dari 5 % kasus kanker di seluruh dunia. Pada package insert vaksin Gardasil halaman 1 dijelaskan bahwa "Vaccination with GARDASIL may not result in protection in all vaccine recipients". Jadi, yang vaksin pun tidak semuanya bisa dijamin mendapatkan perlindungan dari virus HPV yang terkandung dalam vaksinnya.

Metode medis yang ditawarkan untuk mencegah kanker serviks jauh sebelum vaksin HPV diciptakan, tahun 1960an sampai sekarang, yaitu pap smear. Pap smear adalah metode pengambilan contoh sel dari leher rahim (serviks) yang nantinya akan dicek di lab untuk mengetahui ada/tidaknya sel abnormal pada serviks, yang nantinya jika diketahui ada sel abnormal, akan ditindaklanjuti pengobatannya. Sedangkan Vaksin Gardasil baru launching tahun 2006 dan Vaksin Cervarix baru launching tahun 2014. Dari video Youtube lain dari Dr. Diane Harper, diketahui bahwa tingkat kejadian kanker serviks setelah dicoba dengan 3 metode (Pap smear, Gardasil, dan Cervarix) adalah sebagai berikut :
- Pap smear : 8/100.000,
- Gardasil : 14/100.000,
- Cervarix : 9,5/100.000.

Dapat disimpulkan bahwa, pap smear masih menjadi metode terbaik sampai saat ini untuk pencegahan kanker serviks dikarenakan lebih ekonomis, lebih aman, dan mampu menurunkan tingkat kejadian kanker serviks sebanyak 70% (data di Amerika) sejak 1960an sampai 2014. Dan tau gak sih, angka 8/100.000 untuk pap smear itu didapat dengan kondisi bahwa dimana pap smear belum diwajibkan oleh pemerintah, kebayang kan gimana kalau pap smear sudah diwajibkan sebagai rutinitas bagi setiap wanita dewasa? tentu angka yang didapat bisa jauh lebih kecil lagi.

Kalau mau berbicara mengenai biaya, yuk kita adakan perbandingan.
- Pap smear = Rp. 300.000 - Rp. 400.000
- Gardasil = Rp. 2.530.000 untuk 3 x suntik (jarak suntik 0, 2, dan 6 bulan).
- Cervarix = Rp. 1.980.000 untuk 3 x suntik (jarak suntik 0, 2, dan 6 bulan).

Sumber harga bisa di download di website rumahvaksinasi.net.

Yang lebih membuat pap smear jauh lebih ekonomis adalah walau orang-orang mengambil 3 dosis vaksin, mereka tetap wajib dianjurkan untuk terus melakukan pap smear secara rutin. Jadi, apa spesialnya vaksin ini? serius nanya.

Tidak adil rasanya jika hanya membeberkan kelemahan vaksin ini, kurasa perlu juga mengungkap kelebihan vaksin HPV. Vaksin ini benar adanya mampu memberikan kekebalan sebesar nyaris 100% terhadap penerimanya. Tentu perlindungan ini hanya berlaku pada beberapa tipe virus yang terkandung dalam vaksinnya saja, diluar itu tidak. Bisa dibaca disini penelitiannya. Akan tetapi dalam penelitian itulah justru terungkap fakta yang menyedihkan, yaitu penerima vaksin yang memiliki lesi pre kanker sebelumnya justru dapat beresiko terkena kanker serviks sebanyak 44,6% dibandingkan orang yang tidak pernah menerima vaksin tsb sama sekali! Ini artinya, bagi wanita dewasa sebaiknya sebelum memutuskan untuk vaksin, sebaiknya lakukan cek terlebih dahulu ada/tidaknya lesi pra kanker. Jika hasilnya positif, jangan pernah ambil vaksin HPV karena justru akan meningkatkan resiko terkena kanker serviks 44,6% lebih tinggi daripada wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin ini sebelumnya.

Mengenai kejadian sakit pasca vaksin HPV, berhubung aku tidak memiliki keahlian mengolah data dari website milik pemerintah Amerika khusus untuk data korban KIPI, yang disebut VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System), jadi aku mengambil hasil analisis dari website National Vaccine Information Center (NVIC) aja ya. Pasti nanti ada yang bilang "itu kan websitenya anti vaksin, ya jelas lah hoax" wew jangan salah lho, salah satu pendirinya adalah Barbara Loe Fisher, berkat jasa beliaulah (dikarenakan seringkali lantang berbicara di depan publik mengenai keraguannya terhadap keamanan vaksin) akhirnya pemerintah Amerika tergugah untuk mengeluarkan program kompensasi cedera vaksin nasional dan sistem pelaporan cedera vaksin (VAERS). Setelah kedua program tersebut dibuat oleh pemerintah Amrik, kejadian KIPI dapat dilaporkan langsung oleh siapapun ke dalam suatu sistem, dan korban KIPI dapat mengajukan klaim kompensasi akibat cedera vaksin. Setidaknya, setelah ada program-program tersebut, para korban KIPI lebih diperlakukan secara manusiawi, walau kedua program tersebut tidak dapat membuktikan bahwa vaksin yang salah, maha benar vaksin ya...Oke, jadi sudah mengerti kan kenapa aku ambil analisis data KIPI Vaksin HPV dari website tersebut 😊

Berikut SEPENGGAL hasil analisis dari data VAERS oleh NVIC dibantu Google translate...lengkapnya silahkan baca sendiri di webnya ya.


"Pada tanggal 8 Juni 2006, Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan persetujuan GARDASIL, dan pada tanggal 29 Juni Komite Penasehat untuk Praktek Imunisasi (ACIP) memilih untuk merekomendasikan penambahan vaksin GARDASIL ke pusat informasi nasional untuk Pusat Pengendalian Penyakit. jadwal imunisasi. Pada tanggal 14 Juli, laporan pertama dari reaksi serius terhadap vaksin diajukan ke VAERS. Seorang gadis Illinois berusia 16 tahun divaksinasi 7 Juli dan 13 hari kemudian gejala lain berkembang akhirnya didiagnosis sebagai Sindrom Guillian-Barre (GBS). Seorang gadis berusia 14 tahun di District of Columbia divaksinasi pada 11 Juli dan mengeluh sakit parah segera setelah suntikan, jatuh dari meja periksa dan mengalami pingsan 10 sampai 15 detik yang berakhir di ruang gawat darurat dengan sakit kepala dan masalah bicara. Laporan reaksi ini, yang pertama di negara ini, diajukan pada 14 Juli, 15 hari setelah pemungutan suara ACIP. Enam bulan kemudian, 86 laporan tentang reaksi GARDASIL telah diajukan ke VAERS atas nama setidaknya 84 gadis muda dan 2 anak laki-laki. Laporan reaksi telah datang dari 21 negara bagian dan District of Columbia. Reaksi dilaporkan terjadi pada anak-anak dan dewasa muda berusia antara 11 hingga 27 tahun. Dari laporan yang menunjukkan kapan vaksin diberikan dan reaksi terjadi, 63 persen menyatakan bahwa reaksi tersebut terjadi pada hari yang sama dengan pemberian vaksin. Semua kecuali tiga laporan untuk reaksi yang terjadi dalam satu minggu setelah vaksinasi."


Eittss..jangan terlalu terburu-buru menuduh "ah itu semua kan cuma kebetulan aja pingsan abis vaksin, koinsidens itu ah". Wew jangan salah, bagi anda yang masih meragukan kebenaran KIPI bisa baca sendiri pada package insert Vaksin HPV merk Gardasil yang mencantumkan peringatan sebagai berikut (dalam bahasa indonesia) :

"Vaksin bisa dapat menyebabkan sinkop (Sinkop /pingsan adalah kehilangan kesadaran yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang singkat), kadang menyebabkan jatuh dengan luka, observasi selama 15 menit setelah pemberian direkomendasikan. Sinkop, kadang berhubungan dengan toniklonon gerakan dan aktivitas kejang lainnya, telah terjadi dilaporkan mengikuti vaksinasi dengan GARDASIL. Saat sinkop berada terkait dengan gerakan tonik-klonik, aktivitasnya biasanya sementara dan biasanya merespon untuk memulihkan perfusi serebral oleh mempertahankan posisi terlentang atau Trendelenburg."


Screenshoot pada package insert vaksin Gardasil

Jadi, jelas kan kalau ada yang bilang "pingsan setelah menerima vaksin HPV" bukan hoaks? Lha wong diakui sendiri sama produsen vaksinnya kok.

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Masih mengenai reaksi buruk yang mungkin terjadi setelah vaksin HPV, didapat data VAERS sebagai berikut

Grafik perbandingan jumlah KIPI dari Vaksin HPV versus dari 13 vaksin lainnya


Terlihat perbandingan yang sangat mencolok (diagram biru) pada kejadian aborsi (keguguran), infertilitas, chlamyda (penyakit seksual menular), dan disabled (ketidakmampuan melakukan pekerjaan normal) sebagai reaksi buruk dari Vaksin HPV dibanding dari vaksin lainnya (diagram merah). Dan secara umum, jumlah laporan KIPI dari semua vaksin tsb melampaui ekspektasi, ekspektasi ditunjukkan pada garis horizontal yang berwarna merah (7%), ini artinya para peneliti pun tidak menyangka kejadian kipi bisa melampaui batas seperti itu (karena semuandiagram jauh di atas garis merah).

Pada package insert (PI) Gardasil juga dituliskan mengenai postmarketing experience, alias kejadian KIPI yang terlapor selama vaksin Gardasil beredar di masyarakat luas. Walau tidak dipastikan kausalitasnya, namun ini pun harus menjadi bahan pertimbangan kita semua sebelum menyetujui vaksin. Terlihat mulai dari gangguan sistem limfatik dan darah, gangguan pernapasan, gangguan sistem imun, gangguan otot dan syaraf, infeksi, sampai kematian tercakup didalamnya.

Screenshoot mengenai postmarketing experience dari PI Gardasil halaman 10
------------------------------------------------------------

Dari seorang ahli, Dr. Sin Hang Lee dari Rumah Sakit Milford baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel di The Journal of Anorganic Biochemistry berjudul, Deteksi DNA gen manusia papillomavirus (HPV) L1 mungkin terikat pada adjuvant aluminium partikulat pada vaksin HPV Gardasil. Menurut penelitian Dr. Lee (disponsori oleh SaneVax Inc.), selama pembuatan Gardasil, Merck mungkin secara tidak sengaja menciptakan senyawa kimia baru yang terdiri dari fragmen gen HPV L1 yang secara kimia terikat pada nanopartikel aluminium dari bahan ajar AAHS yang digunakan dalam vaksin. Jika ini benar, toksisitas bahan kimia ini belum diuji. Tidak ada yang tahu apa konsekuensi kesehatan potensial suntikan 'bahan' ini. Sebanyak 16 sampel Gardasil yang diterima dari Australia, Bulgaria, Prancis, India, Selandia Baru, Polandia, Rusia, Spanyol dan Amerika Serikat ditemukan mengandung fragmen DNA gen HPV-18-L1 yang segera terdeteksi pada 15 16 sampel yang diuji, atau DNA gen HPV-11-L1, atau campuran keduanya. Setelah menyerahkan naskah tersebut, fragmen gen HPV-16-L1 juga terdeteksi di antara sampel-sampel ini melalui protokol khusus, Dr. Lee mencatat dalam laporannya.

-----------------------------------------------------------------------

Dari sebuah penelitian tahun 2015 oleh Guo, Hirth, dan Berenson mengenai perbandingan prevalensi HPV antara wanita dewasa muda yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi HPV (20-26 tahun), bisa lihat disini. Didapat bahwa vaksinasi HPV efektif terhadap semua 4 jenis vaksin pada wanita muda yang divaksinasi setelah usia 12 tahun. Namun, wanita yang divaksinasi memiliki prevalensi tinggi jenis nonvaksin berisiko tinggi, menunjukkan bahwa mereka dapat memperoleh manfaat dari vaksin baru yang mencakup jenis tambahan. Dari sini terlihat, bahwa untuk wanita yang sudah divaksin jangan pernah merasa tenang karena seumur hidup akan terlindungi dari virus HPV penyebab kanker ya, tetap laksanakan papsmear rutin karena vaksin hanya melindungi dari 4 jenis virus HPV (kecuali jika vaksinnya pakai Gardasil 9 yang melindungi dari 9 jenis virus HPV).

-----------------------------------------------------------------------------------------

Dari sebuah penelitian tahun 2011 oleh Darja Kanduj mengenai potensi reaktivitas silang antara protein HPV16 L1 dan antigen terkait kematian mendadak, bisa dilihat disini. Dikatakan pada bagian abstraknya : Dalam mengeksplorasi rangkaian utama protein virus HPV 16 protein utama kapsul L1 untuk berbagi peptida dengan protein manusia, kami menemukan bahwa 34 pentamers dari protein kapsid virus yang dibagi dengan protein manusia yang jika diubah, dikaitkan dengan short QT Syndrom, gangguan jantung aritmia, penyakit kardiovaskular dan kematian mendadak. Secara khusus, sembilan dari 34 virus pentamers hadir dalam protein manusia, titin, perubahan yang terkait dengan gagal jantung dan kematian jantung mendadak. Data saat ini dapat membantu mengevaluasi potensi risiko crossreactivity dalam protokol vaksinasi anti tumor berdasarkan protein HPV16 L1.


-------------------------------------------------------------------------------------------

Dari sebuah penelitian tahun 2017 oleh Tomljenovic, Shaw, dkk menganai kelainan perilaku pada tikus betina setelah pemberian adjuvant aluminium dan vaksin human papillomavirus (HPV) Gardasil, bisa lihat disini. Didapat kesimpulan bahwa Gardasil melalui antigen Al adjuvant dan HPV-nya memiliki kemampuan untuk memicu reaksi neuroinflamasi dan autoimun, yang selanjutnya mengarah pada perubahan perilaku.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Dari sebuah penelitian tahun 2014 oleh dr. Diedre Little mengenai premature ovarian insufficiency (POI) remaja setelah vaksin HPV, lihat disini. Dikatakan oleh dr. Little, bahwa vaksin HPV dari sejak pra-uji klinis, klinis, dan setelah mendapat ijin edar, belum ada satupun studi/penelitian yang membahas mengenai pengaruh vaksin HPV pada histologi ovarium. Beliau menerima laporan 3 remaja putri yang mengalami POI sejak menerima vaksin HPV, walau beliau belum memastikan itu dikarenakan vaksinnya terkait laporan efek samping vaksin yang sangat kurang dan para remaja tsb juga mengkonsumsi pil kontrasepsi sebelum investigasi kasusnya, namun beliau memberi warning akan hal ini agar dapat ditindaklanjuti. Beliau tetap lebih menyarankan pap screening sebagai bentuk pencegahan kanker serviks yang jauh lebih efektif dan aman sebelum ada studi/penelitian terkait POI dan vaksin HPV.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Kejadian langka sebenernya ini, organisasi nasional dokter-dokter anak di Amerika tahun 2016 mengeluarkan peringatan mengenai kemungkinan kaitan antara vaksin HPV dengan menopause dini, lihat disini, walau memang disebutkan di akhir artikel tersebut bahwa walau belum ada bukti kuat yang menghubungkan secara kausal antara menopause dini dan vaksin HPV, tetapi warning tersebut diharapkan dapat menggugah produsen vaksin dan pembuat peraturan untuk menetapkan langkah kedepannya. Dikatakan di artikel tsb bahwa sedang dilakukan penelitian lanjutannya untuk lebih memastikannya. Memang isu mengenai vaksin HPV bisa sebabkan menopause dini ini telah dibantah oleh Ketua Umum Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, lihat disini. Akan tetapi, dari kejadian demi kejadian KIPI dari Gardasil ini, peringatan dari website dokter anak amerika, dan peringatan dan beberapa penelitian dari para ahli lain mengenai efek samping vaksin ini diharapkan juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan. Jangan pernah asal manut-manut APAPUN yang diperintahkan oleh dokter kepada anda. Dalam hal ini, masa depan anakmu ada ditanganmu, bukan di tangan dokter atau peneliti atau siapapun. Di Indonesia, launching pembagian vaksin HPV gratis baru di ujicobakan tahun 2016 kemarin kan ya. Sedangkan di Jepang, vaksin HPV ini sudah dicabut rekomendasi wajibnya tahun 2013 (launching 2010 di Jepang) terkait banyaknya kasus KIPI. Lucunya, pencabutan rekomendasi ini hanya berjarak 2 bulan sejak Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang mulai merekomendasikan kepada anak perempuan antara 12 dan 16 tahun (pada bulan April 2013) terkait banyaknya laporan KIPI yang diterima.  
Para korban kipi dari vaksin Gardasil di Jepang menuntut ganti rugi di Tokyo.
Sumber foto : www.japantimes.co.jp


Sebenarnya, untuk mengetahui apakah suatu vaksin itu lebih banyak benefitnya ketimbang efek samping negatifnya, kita bisa membandingkan angka penyakitnya dan angka kejadian efek sampingnya. Diambil dari penelitian tahun 2010 oleh dr. Diane Harper dkk mengenai Review of Gardasil bagian Postmarketing data, penelitiannya bisa dilihat di sini. Didapat angka 3,4 kasus per 100.000 dosis untuk kasus efek samping serius saja. Dan dari website pemerintah Amerika National Institute of Health (NIH) didapat angka kematian akibat kanker serviks sebesar 2,4 kasus per 100.000. Dari sini pun dapat terlihat bahwa angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks lebih kecil daripada kasus kejadian serius akibat efek samping dari vaksinnya sendiri. Jadi?

Untuk mengetahui kisah-kisah pahit nan menyedihkan dari korban efek samping dari vaksin HPV silahkan bisa nonton video-video kesaksian korban di Youtube, salah satunya dokumentari berikut ini. Itu hanya salah satu kumpulan kesaksian dari para korban, masih ada video-video Youtube lainnya yang menceritakan kisah-kisah para korban KIPI Gardasil lain dari Vaxxed TV dan VaxXed StoriesChannel. Anda menganggap semua kesaksian ini hanya koinsidens dan hoaks belaka? Oh, itu sih terserah anda, aku sih percaya bahwa kebanyakan dari efek samping buruk yang diterima oleh korban memang akibat dari vaksinnya 😠



Terakhir, silahkan bagi para orangtua yang memiliki anak perempuan, mohon dipertimbangkan kembali sebelum akhirnya vaksin ini dimasukkan ke list vaksin wajib untuk setiap anak di sekolah di Indonesia. Mohon maaf jika ada salah kata, silahkan dikoreksi jika aku ada salah ya, maklum hanya ibu rumah tangga yang mencoba mencaritahu. Oiya, penelitian-penelitian yang dikupas disini banyak aku ambil dari video Youtube dr. Suzanne Humphries ini ya.





Comments

Anonymous said…
Halo Rike. Saya Diba Saya pingin nanya lebih jauh ke kamu ttg ini. Boleh minta emailnya?
Trims
Halo Dida. Aku jarang cek email, mending follow fb ku aja, angelin rike mahendra

Popular Posts