Mengapa saya memutuskan untuk berkebun organik?

Karena senang dengan hal-hal yang bersahabat dengan alam dan hidup alami mulai dari makanan sehat, gaya hidup sehat, zerowaste dan hometreatment ketika anak sakit, maka kali ini saya mulai tertarik dengan kisah-kisah orang yang sukses berkebun organik di rumahnya. Terbayang olehku, memetik sendiri buah di pekarangan dan memakannya dengan nikmat dan nyaman tanpa perasaan was-was akan kontaminasi dari pestisida atau pupuk kimia lainnya yang memiliki efek negatif ke tubuh.

BTW, dulu pun saya sempat demam berkebun, namun pada saat itu saya buta sama sekali mengenai tata cara berkebun organik di rumah. Saya hanya berpikir bahwa berkebun itu artinya ada pot, tanah, dan bibit untuk ditanam, serta air untuk menyiram. That's it! Alhasil bukan sayuran segar yang saya dapatkan, namun setiap tanaman yang saya tanam pun berakhir menyedihkan, entah itu kurus-kurus, dibinasakan oleh hama, dan belum sempat panen pun seringnya tanamannya mati. Akhirnya saya jadi punya kepercayaan "hanya orang yang bertangan dinginlah yang bisa berkebun organik". Padahal kepercayaan ini pada akhirnya bisa saya tepis karena itu hanyalah sebuah mitos belaka. Artinya? Yup! Semua orang bisa berkebun!

Akan tetapi dulu walau saya tidak pandai berkebun, namun berkat punya kebiasaan membuang sampah organik di halaman, akhirnya tumbuhlah satu pohon jeruk nipis di antara sampah-sampah tersebut. Saya diamkan, hingga akhirnya umurnya 4 tahun sampai sekarang ini, dan terkejutnya saya ketika pohon tersebut tiba-tiba berbuah untuk pertama kali tahun 2017, jingkrak-jingkrak kegirangan saya melihatnya. Sedikit demi sedikit buahnya namun lama-lama buahnya semakin banyak dan pernah panen 4 kg jeruk nipis dari satu pohon tersebut! Hal-hal yang begini ini yang membuat saya ingin sekali mewujudkan mimpi jadi petani organik rumahan 😍😍😍
Pohon jeruk nipis dari sampah organik didepan rumahku

Akhirnya sebelum memutuskan untuk berkebun kembali, saya bertekad untuk tidak mengulang kembali kegagalan yang dulu. Sebelum memutuskan untuk mulai berkebun organik, saya mulai berselancar di dunia maya untuk mempelajari bagaimana cara memulai berkebun organik rumahan. Mulai deh blusukan ke Youtube, Instagram, maupun grup Facebook. Selama blusukan, saya menemui beberapa Youtuber asal Indonesia yang saya kagumi. Ada dua channel Youtuber asal Indonesia yang saya suka yaitu channel Kebun Organik dan Taman Inspirasi. Kalau di Facebook, saya ikut grup Organic Gardening, pemilik grupnya bernama Pak Rinoto, pemilik channel Youtube Kebun Organik. Kalau di Instagram, saya follow Idaamal12, Sitapujianto, mamanivla, kilikulikgarden, kebunnyabinarbumi, dan sebagainya.

Dari kedua channel Youtube itulah saya mulai tergerak untuk memulai kebun organik rumahan ini. Pupuk-pupuknya yang diajarkan disana sangat mudah dibuat sendiri di rumah. Saya mulai belajar membuat pupuk organik cair (POC) dari sampah-sampah organik di rumah saya. Bahan-bahannya juga mudah ditemui seperti ampas herbal, karena kebetulan kan saya dan anak-anak minum herbal tea setiap hari (kecuali wiken), kulit pisang, telor, kulit telor, air kelapa (gratis banyak didapatkan dari warung dekat rumah), air leri (air cucian beras), kulit udang, kepala ikan mentah, dan masih banyak lagi. Nanti akan saya buatkan artikel mengenai cara pembuatan POC ya.

Laboratorium miniku : pupuk organik cair.
Dalam memulai berkebun, saya ternyata memiliki kendala yaitu ketiadaan tanah untuk ditanami. Saya memiliki halaman yang sempit dan halaman yang sempit itu pun sudah dipenuhi sampah organik, karena setiap kali saya buang sampah organik selalu ditaruh saja di atas tanah pekarangan yang sempit itu. Di tanah itu pula sudah tumbuh pohon alpukat dan pohon jeruk nipis (tumbuh sendiri dari sampah biji buah yang saya lempar begitu saja di tanah) yang saya ceritakan di atas tadi. Karena itu, tidak mungkin lagi berkebun di atas tanah tersebut.
Halaman rumahku dulu dan sekarang

Tanahnya dipenuhi sampah organikku

Akhirnya punya ide untuk berkebun di atas (atap) bekas jemuran jaman dulu yang sekarang sudah tak terpakai lagi. Tapi memang berkebunnya jadi harus rela capek naik-naik ke atas ya (rumah saya ada 4 lantai, lantai ke 4 itulah yang tempat jemuran yang sudah ga terpakai dan memang ga ada atap).
Berkebun di atap dengan polybag

Tanpa tanah, berarti saya harus berkebun dengan menggunakan pot. Alternatif murah yang saya ambil adalah pakai polybag 😊 akhirnya saya beli polybag ukuran 25 cm yang ternyata kurang praktis karena terlalu kecil kalau untuk menanam paprika dan tomat sementara yang saya tanam kebanyakan paprika dan tomat. Lebih praktis pakai polybag minimal 30 cm. Tanaman yang awal saya tanam adalah tanaman buah, misalnya kurma, alpukat, durian monthong, nah kalau tanaman model ini sih memang suatu saat akan saya pindah ke tanah lapang ya, tidak mungkin selamanya di polybag. Lalu tanaman lain ada kencur, kunyit, tomat, paprika, kemangi, mint, kangkung, dan serai. Tanaman non buah yang pertama kali saya coba untuk belajar berkebun adalah mint, dikarenakan kabarnya mint ini memang cocok untuk pemula karena mudah sekali untuk penanamannya dan perawatannya. Saya pertamakali menanam mint hanya dari sisa belanja mint di supermarket, batang yang paling besar saya tancap ke pot, hanya dua pot ketika itu. Ternyata tumbuh daun-daun baru, walau sesaat setelah tanam sempat seperti layu (membuat hati sempat ciut "tuh kan aku ga punya tangan dingin", namun lama-lama berkembang mint tersebut, ini awal lecutan semangat untuk merambah ke tanaman-tanaman lainnya.
Tanaman mint ini tanaman pertama saya, cocok untuk pemula


Tomat ceri yang mulai berbuah

Kebetulan suatu hari anak saya yang kecil membawa pulang tanaman kangkung yang diberi di sekolahnya setelah kunjungan anak-anak TK ke suatu kebun organik di dekat sekolahnya. Akhirnya sama saya kangkung tersebut saya buat jadi green smoothie dan akarnya iseng saya tanam di pot kecil, rupanya tumbuh. Takjub lihat tanaman bisa ditanam kembali seperti mint dan kangkung, semangatku langsung melambung tinggi. Sehingga menanam tanaman yang lainnya.
Kangkung yang kutanam kembali dari bekas green smoothie kian subur

Dari sini saya masih terus belajar untuk berkebun dan ingin menularkan virus berkebun ke teman-teman baik di Facebook, Youtube, Instagram, tetangga-tetangga, dan keluarga sendiri. Semoga semangat ini membara terus menerus, amin. Dan sekarang jadi kepikiran ingin sekali rasanya punya tanah luas yang bisa saya tanami dengan berbagai macam tanaman buah dan sayur, sehingga bisa mandiri pangan. Insyaallah jika ada rezeki saya dan suami mau membeli tanah murah di kampung supaya bisa menghabiskan masa tua di sana sambil berkebun. Hmmm...terdengar indah bukan? Hehe...

Comments

Popular Posts